Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Melawan Korona dengan Buku Bersampul Anyaman Koran


(Aksi Sosial Kaum Muda di Ende dalam Pengentasan Covid-19 )

(@galle_ryart)

Jakob Soemardjo mengatakan bahwa, virus korona bagai hantu gentayangan merebak ke seluruh dunia, memakan korban yang tak terduga hitungannya.[1] Argumen dari budayawan ini memang tak bisa dipungkiri, bahwasanya Korona serupa hantu yang menebar ketakutan bagi umat manusia di penjuru dunia. Korona telah menghantui setiap orang dengan ancaman kematiannya.

Namun, ancaman kematian tersebut tidak boleh membuat kita pasrah dalam menghadapi korona. Pemberitaan di media massa menampilkan banyaknya upaya dan geliat masyarakat dalam memberantas Korona. Semua usaha dan kerja keras tersebut, baik dari pihak pemerintah, swasta, sukarelawan dan lainnya menyadarkan kita terus berjuang dan pantang menyerah terhadap ancaman pandemi ini.

Pelbagai aksi sosial tersebut merupakan wujud nyata dari kesadaran untuk saling melindungi dan menyelamatkan sesama manusia. Dalam konteks kita di NTT terdapat pula banyak gerakan sosial yang digalakkan, khususnya oleh kaum muda. Salah satunya telah dicontohkan oleh Ryanti Ibrahim Ryanti Abraham (25) di Kota Ende. Kesadaran untuk terlibat bagi sesama telah mendorongnya untuk menginisiasi sebuah gerakan sosial bertajuk, “Kebaikan April” yang amat berguna dalam membendung penyebarluasan Covid-19.

Berkah Buku Bersampul Koran
Ryanti Ibrahim adalah seorang pegiat literasi di Kota Ende. Ia bergiat di Komunitas Ende Berbagi dan Komunitas Rumah Baca Akar Ende. Ia juga pengelola @galle_ryart, sebuah wadah karya kerajinan tangan.

Pada awalnya ia memiliki minat di bidang kerajinan tangan (handycrafts) sehingga terbiasa membuat aneka jenis kerajinan tangan seperti: gelang, gantungan kunci, pot bunga dari kain bekas, buku bersampul anyaman koran, dsb. Khusus buku bersampul anyaman koran ini pada mulanya dibuat sebagai bagian dari kegiatan bersama adik-adik di Komunitas Rumah Baca. Seiring berjalannya waktu, kala wabah Korona semakin meluas, ia pun terpanggil untuk mengatasinya dengan kemampuan yang ia miliki tersebut. Sehingga ia pun menginisiasi suatu gerakan sosial bernama “Kebaikan April”.      

Kebaikan April” merupakan suatu gerakan yang mengusung semangat untuk saling berbagi kebaikan dan bersatu padu demi mengurangi dampak Korona. Pada April 2020 yang lalu ia menjual buku catatan (note book) yang bersampul anyaman koran karya buah tangannya. Semua keuntungan penjualan tersebut disalurkan untuk pengadaan masker kain bagi masyarakat Kota Ende. Langkah ini telah membawa kebaikan bersama, teristimewa bagi para warga yang mesti bekerja di luar selama pandemi, seperti: tukang ojek, penjual sayur, pedagang keliling, dsb.

Adapun setiap masker yang dibagikan tersebut dilengkapi dengan postcard yang memuat ilustrasi perihal Korona, serta cara pemakaian dan manfaat penggunaan masker. Upaya menyebar kebaikan ini pun terus ia galakkan dari hari ke hari.

Gerakan ini meski sepintas terlihat seperti hal kecil tetapi telah membawa dampak yang amat besar bagi kebaikan bersama (bonum commune). Di tengah masa pandemi gerakan ini turut bersumbangsi secara nyata. Sehingga dari sebuah karya kerajinan tangan, yakni buku bersampul anyaman koran telah membawa berkah bagi masyarakat luas. Berkah yang juga turut menginspirasi para kaum muda di persada NTT untuk terlibat dalam aksi sosial demi pengentasan Covid-19.

Oleh karena karya inspiratifnya ini ia pun tampil sebagai pembicara dalam program bertajuk “Dapur Buku Petra” (07/06/2020). Sebuah acara live Instagram yang diselenggarakan oleh Komunitas Klub Buku Petra yang berbasis di Kota Ruteng. Melalui acara tersebut ia pun membagi kisah inspiratifnya yang tentunya semakin memotivasi banyak orang untuk turut ambil bagian sesuai minat dan kemampuan yang dimiliki.

Kaum Muda: Digugah dan Digugat
Kisah dari Ryanti Ibrahim di atas sesungguhnya telah membuka pintu bagi partisipasi kaum muda lainnya untuk ikut ambil bagian dengan berdedikasi di daerahnya masing-masing. Kaum muda diajak untuk berkontribusi secara nyata sebagaimana yang telah diteladankan oleh Ryanti Ibrahim. Sebab partitsipasi aktif kaum muda, khususnya di bumi NTT ini akan menciptakan suatu gerakan kreatif dan inovatif demi menekan laju penyebaran Korona di daerah kita.

Dengan demikian, kaum muda pun digugah dan digugat untuk merealisasikan segala bentuk karya dan kreativitasnya demi menciptakan gerakan yang berjejaring dan berkelanjutan. Adapun dua pokok gagasan yang perlu kita perhatikan pada bagian ini.         

Pertama, kaum muda digugah dari kisah inspiratif baik dari realitas di sekitarnya atau pun dari pemberitaan di media masssa dan media sosial. Ketergugahan ini membangun kesadaran untuk peka dan tanggap dengan persoalan sosial, khususnya pandemi Covid-19 ini. Jika setiap kaum muda telah memiliki kesadaran tersebut akan memacunya untuk berinisiatif dan berbakti seturut konteks daerahnya masing-masing.

Kedua, kaum muda digugat untuk menjadi pionir dalam mengupayakan kebaikan bersama. Ketergugatan ini menjadi alarm yang selalu mengingatkan kaum muda sebagai inisiator dan inspirator di tengah masyarakat. Disamping itu, kaum muda generasi milenial digugat pula untuk cakap memanfaatkan media sosial sebagai medan penyebarluasan karya sosial. Dalam konteks situasi pandemi, kecakapan bermedia sosial akan memudahkan proses berjejaring dan bekerja sama dalam penuntasan virus Korona.

Kedua pokok gagasan tersebut telah menyata dalam diri Ryanti Ibrahim sebagai kaum muda yang dalam melawan perluasan virus Korona. Sosok yang telah digugah dan digugat oleh realitas sosial di daerahnya, serentak juga telah menggugah dan menggugat kita semua. Menurutnya kaum muda mesti segera berbuat (take action) selama itu memberi nilai positif dan membantu banyak orang, tidak hanya pada masa pandemi ini, tetapi juga terus berlanjut. 

Akhirnya, kita sekali lagi digugah dan digugat oleh pesan dari Ryanti Ibrahim, “Para kaum muda, khususnya di NTT, mesti lebih peka dan peduli pada realitas sosial. Supaya kita semakin proaktif membagi kebaikan bagi sesama dan alam lingkungan di sekitar kita.”[2] (Putra Lomblen).




[1] Jakob Sumardjo, “Memahami Sosiologi Korona”, Kompas, 17 Juni 2020, 7.
[2] Hasil wawancara dengan Ryanti Ibrahim, pegiat literasi di Kota Ende, pada 17 Juni 2020 melalui telepon.

*) Opini ini menjadi juara 1 dalam perlombaan yang diselenggarakan oleh KLPAMF-Flores (ChildFund Internasional) dalam kegiatan bertajuk Youth Expo 2020 "Corona dan Cerita: Badai dan Pelabuhan yang Teduh.

 

Asyik dibaca:
-Dalam Bayangan Puisi
-Lepo Lorun: Tenun Cinta Semesta

38 comments for "Melawan Korona dengan Buku Bersampul Anyaman Koran "

  1. Terima kasih Kak. Wash Saya tidak menyangka Kebaikan April akan diceritakan dengan sangat baik seperti ini. Saya terharu. Hehehe.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih juga Ryanti, kisah kebaikanmu amat mengesankan dan menginspirasi kami semua. Sehat selalu.

    ReplyDelete
  3. Wow bagus sekali tata,,lanjutkan

    ReplyDelete
  4. Beberapa kali baca karya-karya kakak yang satu ini, dan selalu suka dengan kata-katanya.. Semoga selalu jadi terbaik dan selalu jadi lebih baik lagi dari karya-karya sebelumnya ya.. Tuhan selalu sertai😇💕

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, terima kasih. Semoga jadi pembaca setia di blog ini yah.

      Delete
  5. Proficiat Ama. Selalu hadir dengan karya2 fonamenal yang sangat mengispirasi sidang pembaca di mana berada.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih Kaka, sa belajar banyak dari Kaka nah.

      Delete
  6. Memang selalu pantas jadi juara😉.
    Proficiat kaka😍

    ReplyDelete
  7. Hormat "Kebaikan April".🙏🙏
    Hebat lah....pantas juara..sekali lagi luar biasa

    ReplyDelete
  8. Profiat Ama,mantap sukses terus👍

    ReplyDelete
  9. TOPBGT sdrku ttp smgaatttt...Gbu

    ReplyDelete
  10. Telah melampau yang biasa; di luar kebiasaan semu yang picik.. Mantap, dan lanjutkan..👏👏☕

    ReplyDelete
  11. Hallo Yose.. salam kenal...
    menarik sekali artikel terkait aksi melawan penyebaran virus corona. Oh iya saya sempat berkunjung ke Ende bulan Desember tahun lalu. Indah sekali hanya sayang salah satu Danau Kelimutu kala itu tidak berwarna merah. Tapi overall tidak terlupakan trip nya. Semoga suatu hari bisa berkunjung lagi kesana.

    Renov
    @renovrainbow.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Renov...
      Salam kenal juga yah.
      Terima kasih sudah bertandang ke blog ini. Saya terakhir ke Kelimutu tahun 2010. Iya, danau ini sering berubah-ubah warnanya. Syukur yah Anda sudah berkunjung ke sini. Semoga bisa kembali bertandang ke wilayah lain di Flores yang juga tak kalah elok.

      Delete
  12. Replies
    1. Terima kasih Mba Sri Mulyani. Nanti saya akan kunjung ballik ke blog Anda. Sehat selalu, Mba.

      Delete